
Foto : Dayan Citra Wieliam
Teks : Qonita Dian Lestari
Putra pertama Ir. Soekarno, Guntur Soekarno, baru saja membuka pameran foto bertajuk “Gelegar Foto Nusantara (GFN) 2025: Potret Sejarah dan Kehidupan” pada Sabtu, 7 Juni 2025 di Galeri Nasional Indonesia. Digelar mulai 7–13 Juni 2025, pameran foto ini juga merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Kebudayaan RI melalui Museum dan Cagar Budaya Unit Galeri Nasional Indonesia di Bulan Juni yang dirayakan sebagai “Bulan Bung Karno”.

Gelegar Foto Nusantara merupakan pameran kedua dari Mas Tok, sapaan akrab Guntur Soekarno, dan dibuka langsung oleh Presiden Ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri. Mas Tok menggandeng beberapa fotografer senior Indonesia sebagai kurator foto, di antaranya Arbain Rambey, Darwis Triadi, Firman Ichsan, dan Andi Kusnadi.

Nama-nama tokoh dan pesohor lainnya juga turut memeriahkan daftar undangan, seperti keluarga Bung Hatta, para sahabat keluarga Bung Karno, Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, hingga Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon yang dijadwalkan akan menutup rangkaian acara pada tanggal 13 Juni mendatang.
Yang membuat pameran kali ini lebih istimewa adalah kehadiran sang cucu sekaligus cicit pertama Bung Karno, Rakyan Ratri Syandria Sari Mardikawati Guntur Soekarnoputri Kameron atau Syandria, yang turut menghadirkan sejumlah lukisan karyanya. Ia memamerkan hasil aktivitas melukisnya selama masa pandemi Covid-19 yang bertemakan naturalis dan ekspresionis. Menurutnya, dukungan Akung (Guntur Soekarno) mendorongnya untuk menyalurkan semangat dan rasa cinta terhadap seni lukis.

Konsistensi Fotografi Guntur Soekarno
Melalui Gelegar Foto Nusantara, Mas Tok akan menyajikan tak kurang dari 550 foto yang merekam perjalanan hidup dan fotografinya. Koleksi foto tersebut diambil dalam rentang waktu tahun 1956–2025, yaitu sejak Ia mendapatkan kamera pertamanya dari Sang Ayah di bangku kelas 6 Sekolah Rakyat (SR): sebuah kamera Kodak Baby Box.
Daya tarik pameran ini adalah bagaimana Mas Tok banyak mengabadikan momen-momen kenegaraan yang mungkin luput dari kamera jurnalis pada masa itu, seperti foto kunjungan kenegaraan bersama Presiden Soekarno ke Amerika dan Eropa, pertemuan tokoh dunia, hingga keseharian keluarga yang menampilkan sisi humanis Sang Presiden di balik ketegangan politik yang terjadi.
SKKNI menjadi acuan utama bagi seluruh lembaga sertifikasi di Indonesia untuk menyusun materi uji. Panduan ini berisi rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan.
SKKNI akan diperbaharui setiap lima tahun agar tetap relevan dan bisa memenuhi kebutuhan usaha seiring dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini, profesi fotografer juga tak lepas dari kebutuhan tersebut.
Sebagai bagian dari sektor industri ekonomi kreatif, fotografi berkaitan erat dengan perkembangan teknologi dan pemberlakuan undang-undang, seperti kepemilikan hak cipta dan hak privasi. Oleh karena itu, pemutakhiran skema mendapatkan perhatian dari banyak pihak terkait, terutama fotografer dan para pelaku bisnis fotografi.
Dengan penyusunan ulang skema ini, diharapkan terbentuk sistem sertifikasi yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tepat sasaran, sehingga dapat membantu memastikan relevansi dan kualitas keterampilan serta pengetahuan fotografer secara sah.
Di samping itu, selain memastikan kompetensi fotografer, diharapkan sertifikasi ini dapat membantu memperluas peluang kerja untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa fotografi yang semakin meningkat, baik itu di lembaga pemerintahan maupun usaha formal yang memberlakukan syarat sertifikasi.

Estetika pribadi Mas Tok juga tergambar dari hasil jepretannya yang lebih banyak menggunakan pencahayaan alami dan permainan komposisi. Ia banyak memperhatikan detail sebagai media penyampaian pesan atau makna tertentu.
Arbain Rambey sebagai kurator karya menyampaikan bahwa objek dan kemampuan teknis fotografi Mas Tok dinilai layak dan “berbicara” banyak tentang berbagai hal, peristiwa, dan momentum.

Konsistensinya dalam dunia fotografi juga diakui oleh Darwis Triadi dan Firman Ichsan dan diharapkan bisa diteladani oleh generasi fotografer muda.
Disampaikan oleh keduanya, Mas Tok adalah sosok yang tekun di bidang fotografi serta memiliki rasa kepekaan dan kemampuan pemaknaan yang tinggi terhadap objek foto. Ia bahkan selalu mengingat momen dari setiap foto yang diambilnya.
Firman Ichsan juga menambahkan tentang ketekunan Mas Tok dalam mengikuti perkembangan teknologi. Menurutnya, Mas Tok tetap bisa menggunakan teknologi fotografi di era digital, serta tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam karyanya yang dihasilkan baik dengan analog maupun digital.
Pameran dan Workshop
Pameran ini terbuka gratis untuk masyarakat umum. Selain pameran karya, rangkaian acara juga akan diisi oleh sejumlah lokakarya (workshop) dan gelar wicara (talkshow) untuk berbagi ilmu dan pengalaman fotografi dari para fotografer senior, di antaranya Andi Kusnadi, Arbain Rambey, Darwis Triadi, Firman Ichsan, dan RM Didit Chris.

Salah satu gelar wicara bertajuk “Foto Karya Bung Karno” akan dibawakan oleh Andi Kusnadi selaku Ketua Umum Yayasan Fotografi Indonesia dan Arbain Rambey selaku Pimpinan Redaksi Majalah MATA pada hari Minggu, 8 Juni 2025. Acara ini membahas hobi fotografi Bung Karno dan memaknai berbagai kisah di balik foto-foto hasil jepretannya yang belum pernah dipublikasikan secara luas.